Tugas UAS Kesehatan Mental

Penerapan Filosofi Teras lewat Cognitive Behavioral Therapy pada Kelompok Miskin Baru dengan Gejala Gangguan Kesehatan Mental

Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat membuat pemerintah di banyak negara mengambil kebijakan yang bertujuan untuk menekan kenaikan kasus positif penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini. Kebijakan yang diambil termasuk dengan karantina wilayah dan pembatasan sosial (Sari, 2020).

Meskipun memiliki tujuan yang baik, akan tetapi pembatasan sosial ini juga memiliki efek samping, terutama di bidang perekonomian. Berhentinya banyak sektor mengakibatkan penurunan penghasilan bagi jutaan orang, bahkan banyak di antaranya kehilangan pekerjaan. Menurut Bank Dunia (Mahler et al., 2020), apabila kondisi yang sama terus berlangsung, maka diperkirakan akan ada 49 juta orang yang masuk ke dalam kelompok miskin akibat pandemi ini.

Turunnya tingkat socio-economi status (SES) secara mendadak dapat mengancam kesejahteraan masyarakat kelompok miskin baru ini. Menurut penelitian dari McLaughlin dkk (2012), remaja dengan tingkat SES yang rendah dan mengalami kerentanan pangan cenderung memiliki kemungkinan menderita gangguan mood, kecemasan, gangguan perilaku dan gangguan mental lainnya.

Sementara pemerintah berusaha untuk menangani permasalahan tersebut dari sisi ekonomi, kondisi kesehatan mental dari masyarakat yang jatuh miskin ini juga harus mendapatkan intervensi agar tidak berlanjut menjadi lebih parah. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian Cognitive Behavioral Therapy (CBT). CBT merupakan teknik terapi kondisi mental dengan memodifikasi proses penilaian dan interpretasi seseorang terhadap situasi yang dialaminya (Putranto, 2016). Dengan adanya perubahan paradigma masyarakat dari kelompok miskin baru terhadap kondisi SES mereka sekarang, maka penerimaan mereka terhadap kondisi tersebut dapat menekan kemungkinan gangguan mental yang mereka alami.

CBT yang diberikan pada kelompok miskin baru ini dapat dilakukan dengan menerapkan Filosofi Teras. Filosofi ini memiliki pandangan dasar mengenai dikotomi kendali, yaitu hal-hal yang ada di dalam kendali kita dan hal-hal yang di luar itu. Dalam penerapat Filosofi Teras, kita hanya perlu fokus pada hal yang dapat kita kendalikan, di antaranya adalah pikiran, perkataan, dan perilaku kita sendiri. Hal yang ada di luar kendali kita, seperti jatuh miskin karena pandemi, merupakan sesuatu yang sia-sia untuk dirisaukan (Manampiring, 2019). Dengan menyadari hal tersebut dan menerapkannya, maka masyarakat dari kelompok miskin baru dapat memiliki ketangguhan mental yang lebih baik.

Daftar Pustaka

McLaughlin, K. A., Green, J. G., Alegría, M., Jane Costello, E., Gruber, M. J., Sampson, N. A., & Kessler, R. C. (2012). Food Insecurity and Mental Disorders in a National Sample of U.S. Adolescents. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, 51(12), 1293–1303. doi:10.1016/j.jaac.2012.09.009


Mahler, D., Lakner, C., Aguilar, R., & Wu, H. (2020). The impact of COVID-19 (Coronavirus) on global poverty: Why Sub-Saharan Africa might be the region hardest hit. World Bank Blogs. Retrieved 10 May 2020, from https://blogs.worldbank.org/opendata/impact-covid-19-coronavirus-global-poverty-why-sub-saharan-africa-might-be-region-hardest.


Manampiring, H. (2019). Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh. Penerbit Buku Kompas.


Putranto, A. (2016). Aplikasi Cognitive Behavior dan Behavior Activation dalam Intervensi Klinis. Jakarta: Grafindo Books Media.


Sari, Y. I. (2020). Sisi Terang pandemi COVID-19. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 89-94. doi:10.26592/jihi.v0i0.3878.89-94

Tinggalkan komentar